THE SEVEN FOUNDATIONS OF CONSTRUCT
TUJUH LANDASAN CONSTRUCT
1
We are a group that aims to further develop the spirit and elements of all schools of thought.
Kami kelompok yang mengedepankan semangat pemikiran dari berbagai mazhab dan elemen-elemen yang mendukungnya.
2
We believe that ideas are a horizontal transplantation, not a vertical inheritance. This is our general opinion, our basic point of departure in both theory and practice.
Kami percaya ide adalah apa yang ditanam dan diterapkan sebagai transplantasi horisontal, bukan sekedar apa yang diturunkan dari atas. Ini gagasan dasar yang kami jadikan titik berangkat dalam ranah teori maupun praktik.
3
We use language as a tool to communicate our literary and political intentions. We believe language carries a potential that goes beyond the rigid boundaries of national and cultural identities.
Kami menggunakan bahasa sebagai alat penyampai dalam pemenuhan niat-niat atas kebutuhan estetis, juga politis. Kami percaya bahwa bahasa mempunyai potensi yang mampu melampaui kemajemukan identitas kultural dan batas-batas kenegaraan.
4
We intend to explore the new continent of Indonesian literature. We strive to express new content, to create new forms, to discover new means, and to invent new techniques.
Kami berniat untuk menjelajahi wilayah-wilayah baru dalam dunia kesusastraan Indonesia, dan berkehendak untuk menciptakan ekspresi, konten, bentuk, makna, serta teknik penulisan yang baru.
5
We emphasize intellect and resist romanticism. We exclude the expression of feelings. What use is it to rely solely on unrestrained emotions? Our approach requires a high degree of reasoning in order to express accurately, which is an endeavour that lies heavily on composition, objectivity and profundity.
Kami menolak segala tendensi romantisme dengan mengesampingkan bentuk karya yang mengacu sepenuhnya pada kekuatan emosi, dan lebih memilih untuk menekankan pada intelektualisme. Lagipula, apa yang bisa didapat dari emosi yang tak terkontrol? Pendekatan yang kami lakukan lebih mengedepankan akal sehat yang dialami secara natural, agar akurasi dalam macam bentuk ekspresi bisa tercapai, melalui rangkaian usaha terpadu yang melandaskan dirinya pada kekuatan komposisi, kedalaman dan objektivitasnya.
6
We pursue the usefulness of poetry. We believe that poetry must have a solid and beautiful construction, it must always take side with the people and their daily lives, the writer must be an outstanding engineer.
Kami mengandaikan kegunaan dari puisi. Konstruksi yang padat, berisi dan indah adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukannya. Ia harus selalu menunjukkan keberpihakan yang eksplisit terhadap elan orang banyak. Penulis mestilah menjadi insinyur yang handal.
7
We believe that through the truth of poetry we can seize history and pave the way for the possibility of a classless society.
Kami percaya bahwa potensi kebenaran dalam puisi mampu merebut kembali narasi sejarah dan lalu membuka jalan bagi tercapainya masyarakat tanpa kelas.
THE SIX BASIC TENETS OF CONSTRUCT POETRY
ENAM PRINSIP DASAR MENUJU PUISI CONSTRUCT
1
Poetry is rooted in human life. It should not comply with an "art for art" approach, nor should poetry serve human life. Its meaning is more philosophical and lies in the observation of life itself in all its forms, and in the expression of the whole realm of human life. It nourishes and illuminates mankind.
Puisi berakar dari elan kehidupan manusia. Ia tak seharusnya tunduk pada pendekatan 'seni untuk seni' tapi puisi juga tak seharusnya hanya melayani kehidupan inklusif manusia. Puisi memiliki makna yang lebih filosofis dan emansipatoris. Ia berada dalam proses penyerapan segala bentuk kehidupan dan ekspresi di berbagai ranah kehidupan manusia. Puisi harus memelihara sekaligus mencerahkan umat manusia.
2
Poets should not only write for their personal pleasure and write in obscure and chaotic imagery. They have to be considerate of the people and make them enter the material as well as internal world of the poet. One should strive for a balance between the wishes of the people and the poet.
Penyair tidak seharusnya menulis hanya untuk kesenangan pribadi. Penyair juga harus menghindari gambaran kacau dan obskur dalam menulis, dan lantas mengacuhkan elah orang banyak. Karya penyair yang baik harus mampu menarik orang banyak ke dalam dunia-nya, baik yang internal maupun materiil.
3
New expressions can be found in precision. Only when poetry is precise can it reach the highest attainments of profoundness, compactness, deepness, implicitness and vividness.
Bentuk-betuk ekspresi baru dalam puisi bisa ditemukan melalui ketepatan. Hanya dalam ketepatanlah puisi dapat meraih kedalaman, keringkasan, kejelasan dan implisitas.
4
Poetry must not always criticize life, but it must vividly reflect life, and this vividly reflect our people. The poet must work while breathing with the pulse of our time, but only works that possess temperament and interest contain individual emotions of pleasure, anger, sorrow and joy truly move people. We accept this with pleasure and do not reject it.
Puisi tidak harus selalu memfungsikan dirinya menjadi kritik yang ditujukan atas kehidupan, namun yang terpenting, ia juga harus mampu mencerminkan kehidupan orang banyak. Penyair harus berkerya seiring dengan terikan nafas di masa ia hidup dan peka terhadap zamannya. Karena hanya karya yang memiliki tujuan dan memiliki watak—yang mengandung emosi otentik manusia, seperti rasa bahagia, marah, dan sedih—yang mampu menggerakkan orang banyak.
5
We think poets have the responsibility to unveil the "inner life" of all people, not only of intellectuals. Inwardness can be revealed by exposing inner feelings, but also outwardness or other angles or points of view. The road and material are broad enough.
Kami berpendapat bahwa penyair mempunyai tanggung jawab untuk menyingkap segala tabir yang menyelimuti kehidupan batin dalam diri setiap orang, bukan hanya kehidupan para intelektual. Penyingkapan itu bisa dilakukan melalui keterbukaan para penyair terhadap perasaan-perasaan batin dalam kesehariannya, yang dilihat melalui perspektif dalam ataupun luar. Mengenai hal ini, banyak cara yang bisa dilakukan.
6
We respect the past but are not infatuated with it. We are cautious about the future but confident. We embrace our pre-existing poetic developments, but do not reject the west. Excessive embracing and rejection are unnecessary.
Kami tidak terpaut pada masa lalu, namun tetap menghormatinya. Kami mempunyai keyakinan teguh pada kemungkinan-kemungkinan yang ada di masa depan, tapi tetap melangkah dengan penuh kehati-hatian. Kami menerima perkembangan kesusastraan Indonesia yang telah dilandaskan oleh para pendahulu, tapi tak sepenuhnya menolak pencapaian kebudayaan barat. Penolakan dan penerimaan secara berlebihan adalah juga sebuah kesalahan.